Kamis, 26 April 2012
Yahudi Tak Suka Indonesia dan Malaysia Bersatu
Mengapa Yahudi Tidak Suka
Indonesia dan Malaysia Bersatu?
Indonesia tidak akan menoleransi
tindakan negara lain yang
mengancam kedaulatan,
termasuk menggeser tapal batas.
”Tidak ada kompromi soal
kedaulatan,” kata Juru Bicara
Kepresidenan Julian Aldrin Pasha
Hubungan Indonesia kembali
memanas. Setelah kian kali, dua
Negara serumpun-seakidah ini
kembali diributkan persoalan
nasionalisme yang sama sekali
tidak diajarkan ulama-ulama
Melayu tempo dulu.
Kasusnya sederhana, namun luar
biasa bagi kaum nasionalis, yakni
permasalahan tapal batas Camar
Bulan di Sambas yang diduga
telah dicaplok Malaysia.
Kita harus membuka mata bahwa
konflik antara Malaysia dan
Indonesia ini tidak terjadi dengan
sendirinya. Ada unsur-unsur
pemicu layaknya api yang
menimbulkan asap besar.
Pertanyaannya siapakah
pemantik api itu? Umat Muslim?
Bukan, karena kita hanya korban.
Pakar Melayu Prof. Dr. Dato’ Nik
Anuar Nik Mahmud dari Institut
Alam dan Tamadun Melayu,
Universiti Kebangsaan Malaysia
(UKM) mengamini bahwa ada
intervensi pihak luar di balik
perseteruan kedua Negara
serumpun muslim ini.
Dalam memoar buku Thomas
Raffles disebutkan, Barat harus
memastikan bahwa alam Melayu
ini lemah. Untuk melemahkan,
Raffles mengusulkan dua buah
strategi.
Pertama, imigran-imigran asing
masuk ke Melayu supaya
kawasan ini tidak menjadi
kawasan Melayu, melainkan
majemuk (dibawa orang-orang
China dan India).
Kedua, pastikan bahwa raja-raja
Melayu yakni Semenanjung,
Sumatera, Jawa dan sebagainya,
tidak mengambil para ulama Arab
menjadi penasehat mereka. Jadi,
tujuan mereka memang untuk
memisahkan Arab dengan
Melayu.
Bersatunya antara Malaysia dan
Indonesia membentuk Imperium
Islam Melayu inilah yang sangat
ditakuti oleh Zionisme.
Mereka sadar Melayu adalah
potensi kuat dalam
membangkitkan Islam dari
tenggara Asia, maka itu jalur ini
harus dihabisi, apapun caranya.
Dan pengalaman bangsa
Indonesia yang kerap mudah
diadu domba adalah kunci yang
selalu mereka pegang saat zaman
devide et impera.
Yang juga kita harus faham
adalah Thomas Stamford Raffles
sendiri seorang Freemason.
Menurut Th Stevens dalam
bukunya Tarekat Mason Bebas,
Raffles pada tahun 1813 dilantik
sebagai mason bebas di bantara
“Virtutis et Artis Amici”. “Virtus”
merupakan suatu bantara
sementara di perkebunan Pondok
Gede di Bogor.
Perkebunan itu dimiliki Wakil
Suhu Agung Nicolaas Engelhard.
Di situ Raffles dinaikkan pangkat
menjadi ahli (gezel), dan hanya
sebulan kemudian dinaikkan
menjadi meester (suhu) di loge
“De Vriendschap” di Surabaya.
Raffles pula yang mendirikan
Singapura modern yang kini
menjadi basis Israel di Asia
Tenggara. Agen-agen zionis
melalui Singapura adalah
penghasut sebenarnya dalam
mengeruhkan hubungan sesama
muslim Melayu.
Kebanyakan koruptor Indonesia
pun bermukim di Singapura
setelah merampok uang hasil
keringat anak-anak Indonesia
dan rakyat jelata.
Singapura adalah sekutu zionis.
Mereka tidak mau
menandatangani perjanjian
extradisi dengan Indonesia
semata-mata melindungi
koruptor ini karena mereka bawa
banyak uang ke Singapura.
Untuk mengalihkan isu ini dari
masyarakat Indonesia, mereka
akan coba cari isu supaya
masyarakat Indonesia lebih fokus
pada isu yang mereka cipta.
Maka diwujudkanlah isu
sekarang, konfrontasi Malaysia-
Indonesia. Melalui media sekular
di Negara ini, mereka terus
berupaya agar rumpun Melayu
bangga akan identitas negara-
nya masing-masing.
Adanya inflitrasi Zionis di
Malaysia juga bukan barang baru.
Tahun lalu mantan wakil perdana
menteri Malaysia yang juga tokoh
oposisi, Anwar Ibrahim, pernah
membeberkan fakta adanya
keberadaan intelijen Zionis di
markas kepolisian federal
Malaysia.
Kala itu bersama dengan
Kelompok Muslim, mereka
menyatakan memiliki dokumen
yang memperlihatkan
kemungkinan adanya intelijen
Zionis kedalam strategi informasi
negara lewat perusahaan
kontraktor bernama "Osiassov",
yang melaksanakan proyek
pengembangan sistem
komunikasi dan teknologi di
markas besar polisi federal
Malaysia.
Anwar Ibrahim menjelaskan
bahwa perusahaan "Osiassov"
terdaftar di Singapura namun
berkantor pusat di negara
penjajah Zionis Tel Aviv.
Menurut Anwar, kehadiran dua
mantan perwira tentara Zionis di
perusahaan yang bersangkutan,
adalah sepengetahuan petugas
polisi senior Malaysia dan Menteri
Dalam Negeri Malaysia sejak
jaman Syed Ahmad Albar.
Yakinlah, jika umat muslim Melayu
tidak kembali ke ajaran Islam
sejati dimana tak ada ruang pada
nasionalisme yang
memberhalakan bangsa, benih
permusuhan itu akan selalu
muncul, walau kedua Negara itu
makmur dan sama-sama
beragama muslim.
Maka itu, bersatulah bangsa
Melayu. Bersatulah diatas Panji
Islam yang akan membuka jalan
tegaknya dienullah ini di tanah
perjuangan kita, tanah Melayu
Darussalam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar