Takdir manusia dilahirkan ke dunia adalah
untuk menjadi khalifah di muka Bumi, contoh terkecilnya
ialah menjadi pemimpin dirinya
sendiri. Masih teringat di ingatan, Panji memilih gue sebagai ketua pelaksana pesantren kilat tahun ini. Gue pun sedikit terpukul namun hati
kecil ini meyakinkan “Aku pasti bisa!” Dan dengan berlalunya hari itu gue berusaha untuk
bisa membawa bola panas ini kearah yang benar.
Bulan Ramadhan datang dan hari itu juga sekaligus hari pertama gue, Syafi’i, Panji, Fajri, Aldy, dan
Aris mulai masuk PKL di ‘PT.Solusi Aksesindo Pratama’ atau lebih familiar dikenal dengan nama netZap. Meskipun sibuk PKL, gue harus terus memantau keadaan di sekolah, karena bagaimana tidak bisa kepikiran jika ada
tanggung jawab besar ditangan. Gak apa-apa bagi gue merelakan sedikit
waktu,tenaga,dan pikiran untuk acara tahunan ROHIS 36 ini, ini Dakwah dan suatu kegiatan
positif pastinya. Dan semua jerih payah ini insya Allah bernilai pahala dan pasti akan dibalas oleh Allah SWT. *Amiin ^^.
Tanggal 29 Juli 2013, hari pertama pun dimulai. Alhamdulillah acara ini
bisa berlangsung setelah pending satu minggu dari rencana awal, dan dengan personel seadanya plus bantuan Kelas XII serta semua persiapan yang sudah lama dipersiapkan, kami maju pantang mundur!.
Melihat peserta yang banyak dan antusias
adalah suatu kebahagiaan buat panitia, namun selalu saja ada masalah. Peserta yang banyak
juga berarti harus mengeluarkan energi ekstra untuk bisa mengaturnya jangan
sampai suasana menjadi chaos. Dan inilah pengalaman pertama kami angkatan 13
yang baru saja menjadi kakak kelas untuk mendidik adik kelas. It was fun! But not
always be fun, ada banyak karakter junior yang kami temui disini.
Sehingga kami mengaturnya dengan sistem teguran, jika sampai tiga kali tegur maka kami terpaksa
harus memproses junior tersebut dengan memberikannya hukuman.
Acara kami kali ini mengusung tema “Ramadhan of History Islam
Spectacular” yang disingkat (ROHIS) dan Alhamdulillah hari pertama dan hari kedua berhasil terlaksana dengan lancar. Hari
ketiga yang mendebarkan pun dimulai. Sebagai ketua, mengeluh adalah hal yang gue jauhi karena
sebagaimana ujung tombak gue gak akan menghancurkan pasukan hanya karena bisikan setan itu.
Tanggal
31 Juli 2013, adalah hari ketiga sekaligus hari
terakhir pesantren kilat Ramadhan 1434 H juga sekaligus adalah hari pertama
project nasyid akustik gue (Nine Coustic) dapat tawaran tampil di acara bukber SMKN 12.
Yup! Jadwal acaranya bentrok dengan bukber di sekolah, inilah yang membuat dilema -_- di satu sisi gua adalah
tamu undangan untuk mengisi acara di sekolah lain sadangkan di satu sisi lain
gue adalah ujung tombak pemegang kendali acara besar tahunan di sekolah.
Haaah.. disinilah jiwa kepemimpinanku diuji, manakah yang harus ku
prioritaskan? Kewajiban atau tanggungjawab?.
Dan pada
akhirnya gue harus memutuskan, ada yang harus dikorbankan, acara di sekolah lah
yang gue pilih dan dengan berat hati gue meninggalkan kesempatan pertama
project nasyid gue tampil di luar. Sumpah gak enak banget sama panitia anak
SMKN 12 yang ngundang... secara sepihak dan tanpa konfirmasi gue gak dateng ke acara
mereka, yah mau gimana lagi?! Saat itu gue sengaja gak bawa hp ke acara karena
yakin gak bakal dipake dan cuma nge-ribetin aja karena gak ada pulsanya, tapi
ternyata hal itu yang buat orang rumah kewalahan nerima telpon dari panitia
anak 12 yang ketar-ketir minta konfirmasi tentang kehadiran nasyid kami. Duh..
Maaf banget ya buat panitia SANLAT SMKN 12 >.< kalian udah capek-capek ngundang
tapi kami gak bisa dateng.. saya harap kalo ada anak 12 yang baca kalian bisa
ngerti ya J.
Hari sudah
mulai senja waktu menunjukan hampir tiba untuk berbuka puasa dan itu artinya
satu masalah lagi untuk panitia mengkordinir makanan takjil pada semua peserta,
dengan SDM yang terbatas dan peserta yang se-abrek alhasil gue wara-wiri kesana
kemari mengatur agar keadaan gak tambah kacau. Gila,Pusing banget! Kalo dibilang
capek ya pasti capek tapi gak harus di keluhin juga kan?! gue gak mau nyerah gitu aja, amanah ini harus
tetap gue bawa kearah yang benar sampai titik akhir.
Alhamdulillah, walaupun cuma buka puasa pake air mineral tapi rasanya
bersyukur banget bisa menjalankan acara hingga sejauh ini J tapi acara belum selesai loohh! Tanggung jawab masih ada di pundak
gue, setelah bukber kami shalat magrib berjamaah setelah itu makan besar
bersama di lapangan. Disini yang dateng bukan cuma peserta kelas sepuluh,perwakilan
ekskul,osis,guru-guru dan staf doang tapi ada alumni ROHIS juga. Disaat para peserta dan tamu yang lain
sudah dapat makanan yang disediakan oleh pihak TU (Tata Usaha),tapi ternyata untuk panitia dan alumni tidak ada. Gue juga gak tau
pasti gimana kronologinya tapi yang gue tahu pas lagi sibuk-sibuknya ngatur
peserta makan, kak Akbar selaku ketua formal Rohis (Forum Remaja Masjid Al-Istiqomah) dan juga kakak kelas
komplain perihal ketidak adilan ini ke pihak TU. Ini bukan hanya sekadar
meminta jatah konsumsi untuk panitia yang sudah tiga hari berkorban untuk
terlaksananya acara besar ini, tetapi juga mengenai adab menjamu tamu yaitu
alumni. Entah apa yang dikatakan orang TU pada kak Akbar, setiba gue dkk kesana
air mukanya seakan kecewa besar sekaligus sedih dan tak lama kemudian ia pun
tak kuasa menahan tangisnya di depan kami.
Kak Akbar
pun keluar bersama beberapa teman-teman panitia (Rohis) setelah gue menyaksikan sepintas cekcok antara ia dan seorang guru
dari kesiswaan. Seketika meremukkan perasaan gue. Kecewa, marah, dan sedih atas
apa yang mereka balas untuk jerih payah kami.
Apa yang
kak Akbar rasakan seperti turut menyambar hati. Seperti ada getaran yang sulit
di jelaskan, membuatku bertanya-tanya kenapa bisa seperti ini, mungkinkah ini
yang disebut ukhuwah? Menyaksikan kak akbar menangis dengan tersedu-sedu
membuat kami sekalian pun turut menangis, begitu pula denganku. Keadaan
seketika menjadi haru. Air mata ini seperti tak mau berhenti, saat itu yang ku
pikirkan hanyalah bertanya-tanya “kenapa kejadian ini bisa
terjadi di acara yang gue pimpin?” dan rasa berdosa mengalir seiring dengan isak
tangis kami atas kejadian yang dramatis ini. “Maaf ya kak, ini salah saya..” sambil tersedu ku meneteskankan air mata merunduk
pada bahu Agus temanku. “Gak pa-pa san, lu keren
kok! Lu udah jadi ketua yang baik, lu gak gagal” Bisik Agus mencoba
menguatkanku.
Acara telah
usai, tangisan kami pun akhirnya terhenti oleh kumandang Adzan Isya. Semua
emosi dan rasa lelah untuk sementara teredakan oleh basuhan air wudhu yang
menyejukkan hati. Kala itu kak Wanto yang menjadi Imam shalat, segenap keluarga
rohis yang datang saat itu shalat berjamaah seperti biasa. Namun emosi atas
kejadian tadi terus membayang-banyangi, di pertengahan surah kak Wanto pun
membacakannya dengan suara berat dan tersedu setengah menangis. Entah karena
hal apa, lalu getaran itu muncul lagi, membuatku tak dapat menahan laju air
mata ini. Emosiku kembali meledak.
Seusai shalat aku sibuk mengusap air mata lalu salaman dengan orang yang
ada disampingku, “jangan nangis dong! Masa anak
band nangis sih” ucap kak Fuad yang dari tadi menyadari air mataku terjun bebas. Ia
sudah seperti kakak bagiku dengan candaannya yang khas ia mencoba membuatku
tegar. Dengan senyuman ku cuba untuk tetap tegar meski masih terasa lirih hati,
namun kebersamaan ini membuat semua terasa mudah. Beres-beres seusai acara,
makan bersama, lalu pulang.
Semua yang
telah terjadi tak pernah ada yang sia-sia, selalu ada hikmah yang Allah
sisipkan agar manusia dapat belajar
mengenai. Sebuah pelajaran lagi, bukan hanya untukku namun untuk semua pihak
yag terkait dalam acara ini. Dibalik rasa terpukul ini Aku malah bersyukur atas
segalanya, kepada sang Pemilik Alam jagad raya ini, kepada sang Pembuat skenario
maha dahysat penuh dengan pelajaran,
yaitu ALLAH SWT. Tuhan kita semua. Hari-hari yang penuh dengan pengalaman
sekaligus pembelajaran ini tak akan ku lupakan, biar nanti akan menjadi
bingkisan cerita-cerita untuk anak cucuku kelak.