Kamis, 16 Januari 2014

Ramadhan of History Ichsan Spectacular (ROHIS)

  Takdir manusia dilahirkan ke dunia adalah untuk menjadi khalifah di muka Bumi, contoh terkecilnya ialah menjadi pemimpin dirinya sendiri. Masih teringat di ingatan, Panji memilih gue sebagai ketua pelaksana pesantren kilat tahun ini. Gue pun sedikit terpukul namun hati kecil ini meyakinkan “Aku pasti bisa!” Dan dengan berlalunya hari itu gue berusaha untuk bisa membawa bola panas ini kearah yang benar.

  Bulan Ramadhan datang dan hari itu juga sekaligus hari pertama gue, Syafi’i, Panji, Fajri, Aldy, dan Aris mulai masuk PKL di PT.Solusi Aksesindo Pratama atau lebih familiar dikenal dengan nama netZap. Meskipun sibuk PKL, gue harus terus memantau keadaan di sekolah, karena bagaimana tidak bisa kepikiran jika ada tanggung jawab besar ditangan. Gak apa-apa bagi gue merelakan sedikit waktu,tenaga,dan pikiran untuk acara tahunan ROHIS 36 ini, ini Dakwah dan suatu kegiatan positif pastinya. Dan semua jerih payah ini insya Allah bernilai pahala dan pasti akan dibalas oleh Allah SWT. *Amiin ^^.

  Tanggal 29 Juli 2013, hari pertama pun dimulai. Alhamdulillah acara ini bisa berlangsung setelah pending satu minggu dari rencana awal, dan dengan personel seadanya plus bantuan Kelas XII serta semua persiapan yang sudah lama dipersiapkan, kami maju pantang mundur!.

  Melihat peserta yang banyak dan antusias adalah suatu kebahagiaan buat panitia, namun selalu saja ada masalah. Peserta yang banyak juga berarti harus mengeluarkan energi ekstra untuk bisa mengaturnya jangan sampai suasana menjadi chaos. Dan inilah pengalaman pertama kami angkatan 13 yang baru saja menjadi kakak kelas untuk mendidik adik kelas. It was fun! But not always be fun, ada banyak karakter junior yang kami temui disini. Sehingga kami mengaturnya dengan sistem teguran, jika sampai tiga kali tegur maka kami terpaksa harus memproses junior tersebut dengan memberikannya hukuman.

  Acara kami kali ini mengusung tema Ramadhan of History Islam Spectacular yang disingkat (ROHIS) dan Alhamdulillah hari pertama dan hari kedua berhasil terlaksana dengan lancar. Hari ketiga yang mendebarkan pun dimulai. Sebagai ketua, mengeluh adalah hal yang gue jauhi karena sebagaimana ujung tombak gue gak akan menghancurkan pasukan hanya karena bisikan setan itu.

  Tanggal 31 Juli 2013, adalah hari ketiga sekaligus hari terakhir pesantren kilat Ramadhan 1434 H juga sekaligus adalah hari pertama project nasyid akustik gue (Nine Coustic) dapat tawaran tampil di acara bukber SMKN 12. Yup! Jadwal acaranya bentrok dengan bukber di sekolah, inilah yang membuat dilema -_- di satu sisi gua adalah tamu undangan untuk mengisi acara di sekolah lain sadangkan di satu sisi lain gue adalah ujung tombak pemegang kendali acara besar tahunan di sekolah. Haaah.. disinilah jiwa kepemimpinanku diuji, manakah yang harus ku prioritaskan? Kewajiban atau tanggungjawab?.

  Dan pada akhirnya gue harus memutuskan, ada yang harus dikorbankan, acara di sekolah lah yang gue pilih dan dengan berat hati gue meninggalkan kesempatan pertama project nasyid gue tampil di luar. Sumpah gak enak banget sama panitia anak SMKN 12 yang ngundang... secara sepihak dan tanpa konfirmasi gue gak dateng ke acara mereka, yah mau gimana lagi?! Saat itu gue sengaja gak bawa hp ke acara karena yakin gak bakal dipake dan cuma nge-ribetin aja karena gak ada pulsanya, tapi ternyata hal itu yang buat orang rumah kewalahan nerima telpon dari panitia anak 12 yang ketar-ketir minta konfirmasi tentang kehadiran nasyid kami. Duh.. Maaf banget ya buat panitia SANLAT SMKN 12 >.< kalian udah capek-capek ngundang tapi kami gak bisa dateng.. saya harap kalo ada anak 12 yang baca kalian bisa ngerti ya J.

  Hari sudah mulai senja waktu menunjukan hampir tiba untuk berbuka puasa dan itu artinya satu masalah lagi untuk panitia mengkordinir makanan takjil pada semua peserta, dengan SDM yang terbatas dan peserta yang se-abrek alhasil gue wara-wiri kesana kemari mengatur agar keadaan gak tambah kacau. Gila,Pusing banget! Kalo dibilang capek ya pasti capek tapi gak harus di keluhin juga kan?!  gue gak mau nyerah gitu aja, amanah ini harus tetap gue bawa kearah yang benar sampai titik akhir.

  Alhamdulillah, walaupun cuma buka puasa pake air mineral tapi rasanya bersyukur banget bisa menjalankan acara hingga sejauh ini J tapi acara belum selesai loohh! Tanggung jawab masih ada di pundak gue, setelah bukber kami shalat magrib berjamaah setelah itu makan besar bersama di lapangan. Disini yang dateng bukan cuma peserta kelas sepuluh,perwakilan ekskul,osis,guru-guru dan staf doang tapi ada alumni ROHIS  juga. Disaat para peserta dan tamu yang lain sudah dapat makanan yang disediakan oleh pihak TU (Tata Usaha),tapi ternyata untuk panitia dan alumni tidak ada. Gue juga gak tau pasti gimana kronologinya tapi yang gue tahu pas lagi sibuk-sibuknya ngatur peserta makan, kak Akbar selaku ketua formal Rohis (Forum Remaja Masjid Al-Istiqomah) dan juga kakak kelas komplain perihal ketidak adilan ini ke pihak TU. Ini bukan hanya sekadar meminta jatah konsumsi untuk panitia yang sudah tiga hari berkorban untuk terlaksananya acara besar ini, tetapi juga mengenai adab menjamu tamu yaitu alumni. Entah apa yang dikatakan orang TU pada kak Akbar, setiba gue dkk kesana air mukanya seakan kecewa besar sekaligus sedih dan tak lama kemudian ia pun tak kuasa menahan tangisnya di depan kami.

  Kak Akbar pun keluar bersama beberapa teman-teman panitia (Rohis) setelah gue menyaksikan sepintas cekcok antara ia dan seorang guru dari kesiswaan. Seketika meremukkan perasaan gue. Kecewa, marah, dan sedih atas apa yang mereka balas untuk jerih payah kami.
  Apa yang kak Akbar rasakan seperti turut menyambar hati. Seperti ada getaran yang sulit di jelaskan, membuatku bertanya-tanya kenapa bisa seperti ini, mungkinkah ini yang disebut ukhuwah? Menyaksikan kak akbar menangis dengan tersedu-sedu membuat kami sekalian pun turut menangis, begitu pula denganku. Keadaan seketika menjadi haru. Air mata ini seperti tak mau berhenti, saat itu yang ku pikirkan hanyalah bertanya-tanya “kenapa kejadian ini bisa terjadi di acara yang gue pimpin?” dan rasa berdosa mengalir seiring dengan isak tangis kami atas kejadian yang dramatis ini. “Maaf ya kak, ini salah saya..” sambil tersedu ku meneteskankan air mata merunduk pada bahu Agus temanku. “Gak pa-pa san, lu keren kok! Lu udah jadi ketua yang baik, lu gak gagal” Bisik Agus mencoba menguatkanku.

  Acara telah usai, tangisan kami pun akhirnya terhenti oleh kumandang Adzan Isya. Semua emosi dan rasa lelah untuk sementara teredakan oleh basuhan air wudhu yang menyejukkan hati. Kala itu kak Wanto yang menjadi Imam shalat, segenap keluarga rohis yang datang saat itu shalat berjamaah seperti biasa. Namun emosi atas kejadian tadi terus membayang-banyangi, di pertengahan surah kak Wanto pun membacakannya dengan suara berat dan tersedu setengah menangis. Entah karena hal apa, lalu getaran itu muncul lagi, membuatku tak dapat menahan laju air mata ini. Emosiku kembali meledak.  Seusai shalat aku sibuk mengusap air mata lalu salaman dengan orang yang ada disampingku, “jangan nangis dong! Masa anak band nangis sih” ucap kak Fuad yang dari tadi menyadari air mataku terjun bebas. Ia sudah seperti kakak bagiku dengan candaannya yang khas ia mencoba membuatku tegar. Dengan senyuman ku cuba untuk tetap tegar meski masih terasa lirih hati, namun kebersamaan ini membuat semua terasa mudah. Beres-beres seusai acara, makan bersama, lalu pulang.


  Semua yang telah terjadi tak pernah ada yang sia-sia, selalu ada hikmah yang Allah sisipkan  agar manusia dapat belajar mengenai. Sebuah pelajaran lagi, bukan hanya untukku namun untuk semua pihak yag terkait dalam acara ini. Dibalik rasa terpukul ini Aku malah bersyukur atas segalanya, kepada sang Pemilik Alam jagad raya ini, kepada sang Pembuat skenario maha dahysat  penuh dengan pelajaran, yaitu ALLAH SWT. Tuhan kita semua. Hari-hari yang penuh dengan pengalaman sekaligus pembelajaran ini tak akan ku lupakan, biar nanti akan menjadi bingkisan cerita-cerita untuk anak cucuku kelak.